I Kukang adalah sosok anak yang sudah yatim piatu. Pada waktu orang tuanya meninggal, ia sangat menderita. Penderitaannya semakin menjadi-jadi sebab selain sudah tidak memiliki orang tua dan sanak saudara, ia pun tidak mewarisi harta. Pakaiannya compang-camping, kumuh, dan warnanya sudah tidak dapat dikenali. Untuk makan saja, ia harus membantu orang mengangkat air, membuang sampah atau membersihkan halaman rumah. Untuk tidur ia membuat balai-balai di atas kuburan kedua orang tuanya.
Pada suatu hari, I Kukang sangat lapar, tetapi tidak ada sesuatu yang dapat dimakan. Pada saat itu munculah niatnya untuk pergi mencari makanan di dalam hutan. Ketika sedang berada di tengah-tengah hutan, tiba-tiba ada buah yang jatuh dari pohonnya. Buah itu jatuh karena ada burung yang makan buah di atas pohon. Karena laparnya, ia berpikir untuk langsung memakan buah itu. Namun, dibalik itu muncul kekhawatiran di dalam hatinya jangan-jangan buah itu beracun.
Kekhawatiran itu segera hilang setelah ia mengamati burung-burung di atas pohon sedang menikmati buah itu dengan riangnya. Kekhawatirannya semakin terkubur setelah ia sendiri mencoba buah itu dan tidak terjadi sesuatu yang membahayakan pada dirinya. Ternyata buah itu manis-manis kecut rasanya. Oleh karena itu, ia berpikir untuk membawa buah itu ke pasar siapa tahu orang kampung menyukainya.
Diambillah olehnya dua atau tiga biji buah itu untuk diperlihatkan kepada pedagang buah sebagai contoh. Alangkah bahagianya tatkala buah yang ditawarkan itu mendapat sambutan baik di kalangan para pedagang buah. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang bersedia menjadi pelanggan, apalagi buah-buahan seperti itu sulit didapatkan pada musim itu.
Salah seorang di antara pedagang buah yang berminat dan selanjutnya menjadi pelanggan adalah I Mallang. Selama berhubungan dengan I Mallang, ia selalu memperlihatkan sifat dan tingkah laku yang terpuji. I Mannyang, saudara kandung I Mallang, secara diam-diam memperhatikan dan ingin mengetahui lebih jauh siapa sebenarnya I Kukang, siapa orang tuanya, bagaimana keadaannya, dan seterusnya.
Akhirnya, I Mannyang merasa tertarik untuk mengambil I Kukang sebagai anak angkat. Sebelum menerima tawaran itu, I Kukang menyelidikinya lebih dahulu sampai sejauh mana kesungguhan orang tersebut. Setelah mengetahui bahwa I Mannyang itu adalah orang baik dan bersungguh-sungguh ingin mengambilnya seperti anak sendiri barulah I Kukang menerima tawaran itu.
Demi masa depan I Kukang, I Mannyang menyerahkannya kepada seorang guru untuk dibimbing atau dididik secara khusus. Setelah berguru sekian lama, I Kukang semakin mengarifi makna kehidupan. Dari hari ke hari, ia pun semakin disenangi oleh gurunya. Melebihi kawan-kawan seperguruannya yang lain karena memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan budi pekerti yang terpuji. Itulah sebabnya, ia diberi kepercayaan oleh gurunya untuk membantu mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan masalah belajar mengajar.
Dari bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun I Kukang tumbuh dengan subur, sampai datang tawaran dari seorang saudagar Belanda untuk menjadi karyawan di sebuah toko. Penghasilannya sebagai karyawan toko sudah cukup memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Kariernya semakin menanjak hingga akhirnya ia diangkat majikannya menjadi pengawas toko atau mandor toko tersebut.
Tak lama kemudian, ia pun dikawinkan oleh majikannya dengan seorang gadis yang bernama I Saoda. Ia bersama istrinya hidup tenteram dan damai.
Kebahagiaan dan kedamaian I Kukang bersama istrinya tidak berlangsung lama, sebab ia tiba-tiba mendapat musibah berat. Dia terkena penyakit yang sangat parah. Sudah beberapa dukun dan tabib mengobatinya, namun belum juga sembuh. Nanti setelah berobat kepada tabib yang bernama Tambi Hakim, barulah ia sembuh.
Ketika I Kukang sembuh dari sakitnya ia mulai bekerja pada majikan barunya, Tambi Hakim. Dalam melaksanakan pekerjaannya ia selalu mengingat nasihat Tambi Hakim, yaitu rajin bekerja, cekatan, jujur, dan tidak boleh boros. Melalui bimbingan Tambi Hakim, I Kukang dapat berhasil dalam menjalankan usahanya.
I Kukang adalah sosok manusia yang tekun bekerja dan tidak mengenal lelah. Kematian kedua orang tuanya tidaklah menyebabkan ia patah semangat dan larut di dalam kesedihannya secara berkepanjangan. Akan tetapi, justru musibah itulah yang mengharuskannya bangkit dan menatap jauh ke depan kehidupan ini.
Sumber kehidupan yang ditemukan I Kukang di tengah hutan belantara berupa buah-buahan yang bernilai tinggi merupakan hasil kerja keras yang tentu saja memerlukan pengorbanan dan kesabaran. Beberapa saat lamanya ia tekuni pekerjaan itu. Keluar masuk hutan itulah yang dilakukannya hingga akhirnya dijadikan anak angkat dan tinggal bersama I Mannyang, sahabat almarhum ayahnya.
Berkat ketekunannya menimba ilmu dari seorang guru, I Kukang diangkat menjadi murid kesayangan sang guru. Bukan itu saja, I Kukang diberi kepercayaan untuk mengurus keperluan sekolah. Dari statusnya sebagai murid sampai diangkat menjadi karyawan bahkan menjadi pengelola di toko milik seorang saudagar Belanda, I Kukang tetap rendah hati. Kesuksesannya antara lain, dapat dilihat dari kutipan berikut.
Taena todong nasiapa sallona appilajarak nanngassengmo. Sanggenna pilak mae allo pilak ningai rigurunna lanri patirikna nisuro, ia-ianna gauk bajik napassuroanga gurunna nakpakmaik tojeng pole. Apaji naia ngasengmamo nipirannuangi ri gurunna, ala jama-jamang ri ballak, ala pappattassang ri sikolaya ia tommi nipitakgaliang koncina sikolaya.
Lekbaki siapa are sallona i Kukang ammantang ri gurunna na niakmo sekre allo na niak tau battu ri gurunna sitau saudagarak Balanda appalak tulung assuro boya sitau tau maka narannuanga anjama ritokona...alleng pilak mae allo pilak ningai ri tuanna, sakgenna nirannuangmo antakgalak ngasengi koncina tokoa. Sakgenna nitannang mandorok lompo ri tuanna na nipagaji tommo sagangtuju ringgik sibulang.
Terjemahan:
Tak seberapa lama belajar, ia pun telah pintar. Dari hari ke hari ia semakin disayangi oleh gurunya karena sanggup melaksanakan ajaran gurunya dan tekun melakukan sesuatu. Karena itu, ia diberi kepercayaan untuk mengurusi rumah dan sekolah. Bahkan, ia diberi kepercayaan memegang kunci sekolahnya.
Tak lama kemudian datanglah menghadap seorang saudagar Belanda kepada sang guru. Tujuannya adalah mencari seorang tenaga yang akan dipekerjakan di tokonya. Dari hari ke hari, I Kukang semakin disenangi oleh majikannya hingga ia diberi tugas/kepercayaan memegang semua kunci toko. Akhirnya, ia diangkat menjadi pengawas/mandor oleh majikannya.
*) Referensi dan inspirasi cerita diadaptasi dan dikreasi ulang dari Kisah I Kukang oleh A. Gani dan Zainuddin Hakim (Digali dari sumber tradisi lisan, maupun naskah klasik dari lontarak dan sumber lainnya yang relevan).