SYIFAHAYU

Legenda Bukit Jambi dan Dayang Melini

Bukit Jambi merupakan sebuah bukit yang subur dan kaya. Terletak di Blambangan Umpu, ibukota kabupaten Way Kanan (bagian wilayah Kabupaten Lampung Utara sebelum pemekaran wilayah). Lapisan tanah di bukit Jambi mengandung banyak logam emas. Kini di kaki Bukit Jambi banyak sisa-sisa galian tambang emas liar yang sudah tidak beroperasi lagi karena larangan pemerintah setempat. 

Konon kandungan emas yang ada di Gukit Jambi erat kaitannya dengan keberadaan Kerajaan Ratu Balak Krak. Kerajaan ini bermukim di tepian sungai Way Umpu. Pusat kerajaan diyakini berada di tikungan sungai, oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama wilayah “Tanjung.” Batas wilayah kerajaan Ratu Balak Krak membentang dari tapal batas kurang lebih 162km di sebelah utara Bandar Lampung sampai tapal batas kurang lebih 4km sebelah barat Blambangan Umpu, Way Kanan. Di sini lah legenda Bukit Jambi dan Dayang Melini bermula. 

  

Alkisah, di lereng Bukit Jambi terdapat sebuah desa yang makmur.  Penduduknya hidup dari bercocok tanam palawija dan rempah-rempah. Desa Bukit Jambi masuk wilayah Kerajaan Sidang Melawan yang ada di lereng Gunung Tanggamus. Daya tarik desa tersebut bukan hanya pada hasil buminya, pun kecantikan seorang gadis yang bernama Dayang Melini tersohor sampai ke delapan penjuru angin. Sehingga tidak sedikit pemuda dari berbagai negeri penasaran dengan sosok Dayang Melini. 

Dayang Melini adalah seorang gadis desa yang mulai beranjak remaja dan berasal dari keluarga sederhana. Berkulit kuning langsat dengan rambutnya terurai lurus dan panjang selutut. Pada suatu ketika gadis ini berjalan ke hutan, tak jauh dari tempat tinggalnya untuk mencari kayu bakar. Ia menggantikan tugas ibunya yang sedang sakit. 

Di dalam hutan, Dayang Melini berjumpa dengan seorang pemuda sedang berburu. Sejenak pemuda tersebut tertegun, tidak menyangka akan bertemu dengan gadis berparas sangat cantik di tengah hutan seperti ini. “Manusia ataukah siluman?” pikirnya.  Untuk memastikan, si pemuda memberanikan diri mendekati dan menyapa Dayang Melini. 

Melihat seorang pemuda menghampirinya, lengkap dengan beberapa anak panah di punggung dan busur di lengan kirinya, dalam hati Dayang Melini bertanya-tanya, “siapakah gerangan pemuda ini? Mau apa dia mendekatiku?” sikap curiga dan waspada nampak jelas dari diri seorang Dayang Melini saat itu. 

Pemuda itu menghampiri seraya menyapanya. “Hai nona cantik, siapakah gerangan dirimu? Sedang apakah sendirian di hutan belantara ini? Apakah dirimu tidak takut akan serangan dari binatang buas yang ada di sekitarmu?” tanya pemuda tersebut beruntun. Tapi tak satu pun jawaban meluncur dari bibir Dayang Melini. 

Pemuda tersebut makin penasaran dan terus berusaha memancing agar Dayang Melini bersuara. Dengan tidak menghiraukan pemuda tersebut, Dayang Melini mendongak ke atas, melihat sinar matahari sudah semakin bergeser ke arah barat. Tanpa sengaja pemuda tadi melihat bola mata indah Dayang Melini. Sekejap bertemu pandang, membuat pipi Dayang Melini kemerahan tersipu malu. Bergegas Dayang Melini mengalihkan pandangannya dan segera mengangkat kayu bakar yang telah berhasil dikumpulkannya hari itu.  

  

“Permisi, tolong jangan halangi jalan saya untuk pulang,” kata Dayang Melini dengan sedikit gusar karena jengah melihat tingkah pemuda tersebut yang tak henti memandangnya. Terkesiap, pemuda tadi segera menepi dari jalan gadis cantik itu. Lama pemuda itu masih terpaku di sana, memperhatikan punggung Dayang Melini yang kian jauh dan akhirnya hilang di balik pepohonan.

Pulanglah pemuda tadi ke negerinya yang berada di balik gunung Tanggamus. Ternyata pemuda yang bertemu Dayang Melini di hutan adalah putra mahkota Kerajaan Sidang Melawan. Sang pangeran semenjak pertemuan dengan Dayang Melini di hutan beberapa pekan lalu itu, begitu terpaut hati padanya. Tidur masuk dalam mimpi. Siang selalu terkenang dengan gadis cantik bermata bola itu. Sang Pangeran putar otak, mencari cara untuk mempersunting Dayang Melini. 

Sang Pangeran mengutus panglima dan hulubalang Kerajaan Sidang Melawan untuk mencari keberadaan Dayang Melini. Usaha Sang Pangeran tidak sia-sia, lamaran pun dilayangkan kepada Dayang Melini. Mengetahui yang melamar putrinya adalah putra mahkota kerajaan Sidang Melawan, tanpa berpikir lebih lama orang tua Dayang Melini menerima Sang Pangeran sebagai menantu. 

  

Sebelum pesta pernikahan Dayang Melini dan Sang Pangeran Kerajaan Sidang Melawan digelar, dibangun sebuah istana di atas Bukit Jambi. Bukti tanda cinta kasih Sang Pangeran kepada Dayang Melini. Pesta pernikahan Dayang Melini dan Sang Pangeran sangat meriah selama tujuh hari tujuh malam. Semua rakyat bersuka cita.

Seiring perjalanan waktu desa Bukit Jambi semakin ramai dan padat penduduknya. Karena hasil pertanian melimpah. peternakan semakin berkembang biak, kehidupan rakyat semakin sejahtera. Desa Bukit Jambi berubah jadi kota perniagaan. Akhirnya Putra Mahkota Sidang Melawan memutuskan untuk memboyong Dayang Melini kembali ke Desa Bukit Jambi dan mengubahnya menjadi kerajaan. Sang putra mahkota Kerajaan Sindang Melawan akhirnya menobatkan dirinya sebagai Raja Bukit Jambi.

Kerajaan Bukit Jambi tumbuh pesat dibawah kepemimpinan Raja Bukit Jambi dan Ratu Dayang Melini. Mereka berdua memerintah negeri dengan adil dan bijaksana. Kesejahteraan dan kemakmuran yang dimiliki Kerajaan Bukit Jambi mendatangkan pujian sekaligus ancaman. Banyak kerajaan sekitar yang ingin menguasai kerajaan Bukit Jambi. Bukan hanya sumber daya alam yang melimpah yang ingin mereka kuasai, tetapi Ratu Dayang Melini yang sangat cantik juga menjadi incaran mereka. 

  

Sampai pada suatu hari Kerajaan Bukit Jambi diserang oleh Kerajaan Balak Krak yang terkenal sangat buas. Kerajaan Balak Krak menguasai daerah di sepanjang Tanjung Way Umpu. Dengan membawa ribuan prajurit Raja Balak Krak menyerang Kerajaan Bukit Jambi membabi buta.

Maka luluh lantaklah negeri Bukit Jambi tersebut. Rajanya ditawan. Harta kekayaan semua diambil. Termasuk Ratu Dayang Melini hendak dijadikan gundik oleh Raja Balak Krak. Ketika tubuh Ratu Dayang Melini akan disentuh oleh Raja Balak Krak yang bengis terjadi keajaiban. Raja Balak Krak tidak dapat menggapainya, apalagi menjamahnya. Karena penasaran Raja Balak Krak memerintahkan para punggawanya untuk menyentuh Ratu Dayang Melini. Bagi siapapun yang mampu melakukannya maka Dayang Melini berhak dibawanya sebagai selir. 

Namun, tak seorangpun yang mampu menyentuhnya. Seperti ada kekuatan ghaib. Licin bagai belut. Tangannya bergerak sangat cepat bagaikan kilat.  Seperti ada pusaran angin berputar-putar aneh mengelilingi Ratu Dayang Melini. Setiap prajurit menyerangnya, mereka terjengkang ke belakang, langsung tak sadarkan diri. Sehingga habislah semua pasukan tak berdaya. 

  

Tinggal Raja Balak Krak seorang diri yang terbengong-bengong dan sujud meminta ampun. Ratu Dayang Melini mengampuni dan mengusir Raja Balak Krak dari kerajaannya sendiri. Dalam pelariannya Raja Balak Krak mengalami pertempuran melawan orang-orang yang tidak suka dengan kelalimannya sebelum dikalahkan oleh Ratu dayang Melini. Raja Balak Krak tewas di sekitar Bukit Jambi. Tidak ada satu orangpun yang tahu dimana makam Raja Balak Krak. 

Raja Bukit Jambi yang ditawan, dibebaskan. Akhirnya mereka hidup damai dan berbahagia hingga Raja Bukit Jambi mangkat dan Ratu Dayang Melini kembali ke kayangan. Pada akhirnya rakyat Kerajaan Bukit Jambi mengetahui, Ratu Dayang Melini yang terlihat lugu dan sederhana itu ternyata adalah seorang dewi.  Putri dari kayangan yang menjelma menjadi Dayang Melini untuk menjaga Bukit Jambi. Hingga kini warga setempat meyakini bahwa emas yang ada di bukit Jambi adalah berasal dari kekayaan Kerajaan Bukit Jambi yang terpendam. 


PENULIS

SYIFAHAYU

ASAL CERITA

Blambangan Umpu, Way Kanan

BAHASA

Bahasa Indonesia

KATEGORI

Cerita Rakyat

LABEL

Tidak Ada Label
Favorit
v: 2.2.1