Mutiara Arivia Kharisma

Legenda Kalijaga Cirebon Jawa Barat

Pada suatu hari, Lokacaya, putra dari Ki Wilatikta Tumenggung ingin berguru kepada Syarif Hidayatullah, akan tetapi Syarif Hidayatullah sedang tidak ada di tempat. Saat sedang menunggu, Lokacaya melihat ada sepasang cangkir. 

Pada saat Lokacaya hendak meminumnya betapa terkejutnya Lokacaya ternyata cangkir tersebut bisa berbicara. Cangkir itu berkata, "Belum ada yang mengizinkanya, kok, sudah berani meminumnya?" 

Beberapa saat kemudian, Syarif Hidayatullah pun datang, Syarif Hidayatullah berkata, 

"Selamat datang adik Lokacaya, apa kabar saudara-saudara di sana?"

"Baik-baik saja, tetapi hamba di sini ingin meminta pertolongan," kata Lokacaya.

"Ayo ikut aku ke tempat yang sunyi!" kata syarif hidayatullah. 

Saat itu Lokacaya ikut Syarif Hidayatullah ke hutan yang sunyi, di sana Syarif Hidayatullah menunjukkan kemiri seratus. Syarif Hidayatullah memerintahkan Lokacaya pada malam hari menaiki pohon andul dan pada siang hari membuka perkebunan. lokacaya pun menuruti perintah gurunya tersebut. Pada malam hari ia menaiki pohon andul dan pada siang hari dia membuka perkebunan.

Sejak saat itu orang orang menyebut daerah tersebut adalah Kalijaga. Kalijaga adalah Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti Cirebon, Jawa Barat.

Keberadaan kawanan kera di situs petilasan kramat Sunan Kalijaga Cirebon Jawa Barat menyimpan misteri asal muasal kedatanganya. Konon, kera-kera di komplek jejak petilasan Sunan Kalijaga itu dulunya manusia yang dikutuk menjadi seekor kera. 

Diriwayatkan dari cerita turun temurun, monyet-monyet yang mendiami hutan situs seluas 1.200 meter persegi itu jelmaan dari para santri pengikut Sunan Kalijaga. Kuncen situs kramat Sunan Kalijaga, Bambang Mas Adiningrat , 63, mengisahkan bahwa dahulu kala, Sunan Kalijaga banyak menghabiskan waktu berdakwah di daerah Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Sembari berdakwah, Sunan Kalijaga pun berguru kepada Sunan Gunung Jati. Ketekunan dan kesabarannya menyebarkan ilmu dan syiar Islam kepada masyarakat, membuatnya semakin memiliki banyak murid dan pengikut. "Karena ketekunanya berdakwah dan berguru kepada Sunan Gunung Jati, maka Sunan Kalijaga dinikahkan dengan Putri Winaon, anak Sunan Gunung Jati. Saat, itu Sunan Kalijaga resmi menjadi menantu Sunan Gunung Jati," tutur kuncen Bambang Mas Adiningrat. 

Tak semua santri atau pengikut sunan kalijaga penurut. Suatu ketika, di hari jumat, Sunan Kalijaga pernah mengingatkan para santri nya untuk segera bersiap-siap menunaikan shalat Jum'at. Tanpa mengindahkan panggilan gurunya, santri-santri terus bermain dan mencari ikan di sungai. 

Hingga waktu shalat Jum'at selesai, santri-santri itu masih bermain. "Murid-muridnya tak mau mendengar perintah Sunan Kalijaga untuk melaksanakan shalat Jum'at. Di dalam hati Sunan Kalijaga, orang yang tidak shalat jumat bagaikanseekor kera. Seketika murid-muridnya itu berbulu seperti monyet," kisah sang kuncen. 

Kebenaran cerita tersebut jelas tak dibenarkan oleh kuncen situs kramat. Menurutnya, kisah manusia yang dikutuk menjadi kera di situs kramat Sunan Kalijaga, hanyalah sebagai siloka atau cerita perumpamaan yang mengandung hikmah. Bambang menyatakan, sesusai dengan riwayat Al-Qur'an dan Hadits, bahwa bila masuk waktu shalat jumat, agar bersegera meninggalkan aktivitas apa pun. Jika diabaikan, maka mengundang murka Allah SWT." cerita Bambang Mas Adiningrat.

"Memang seperti itu, konon setelah magrib ditemukan monyet paling besar yang seolah sedang menyesali perbuatanya. Cerita itu hanya siloka, intinya, Kanjeng Sunan berpesan bahwa kamu jangan cari ikan aja, kalau nggak shalat sama seperti monyet," tambahnya. 

Disebutkan, jumlah monyet di situs kramat Sunan Kalijaga berjumlah 100 ekor lebih. Terdiri dari dua kelompok kawanan kera si sebelah utara dan selatan. Lokasi situs kramat Sunan Kalijaga cukup strategis. Dari terminal Harjamukti Cirebon dan bandara, jaraknya hanya sekitar 700 meter dari terminal. 

"Kalau dibulan mulud, biasanya banyak dari luar kota untuk berziarah di situs kramat petilasan Sunan Kalijaga. Mereka berdo'a dan mau tahu sejarah Sunan Kalijaga di Cirebon, karena beliau itu menantu Sunan Gunung Jati," tuturnya.

Situs taman kera dan petilasan Sunan Kalijaga adalah tempat wisata terakhir di Kota Cirebon yang saya kunjungi. Situs taman kera dan petilasan Sunan Kalijaga di Cirebon ini di perkirakan sudah mulai abad ke- 17 sebagaimana terlihat pada tengara benda budaya di jalan masuk ke situs. 

Dinamakan Kalijaga, karena pada zaman dahulu, salah satu sunan, yaitu Sunan Kalijaga pernah singgah dan menyebarkan Islam di daerah ini. Kampung ini dikenal dengan Kalijaga monyet, karena petilasan komplek Masjid Kramat Kalijaga ini ditemukan sekelompok monyet yang konon merupakan monyet kutukan kanjeng Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga adalah salah satu wali songo yang dianggap paling sakti, diperkirakan wafat dalam usia paling lebih dari 100 tahun. Makam Sunan Kalijaga yang berada di Kadilangu, Demak baru belakangan dikunjungi. Semasa hidupnya, Sunan Kalijaga ikut merancang pembangunan Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon.

Beliau adalah wali yang mumpuni, yang mengerti bagaimana caranya menggunakan pendekatan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana dalam berdakwah, seperti pemakaian gamelan, seni ukir, cerita wayang, serta suluk.

Di petilasan ini, juga terdapat beberapa makam santri/ pengikut dari Sunan Kalijaga. Hingga kini banyak peziarah dari berbagai daerah yang datang untuk berwisata religi/ berziarah ke tempat ini. Masjid Kramat/ Sunan Kalijaga tepat berada di Jalan Pramuka Kalijaga Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

Dari cerita di atas, bisa kita petik pelajaran berharga bahwa kita harus taat beribadah, jika kita malas berbadah, maka sama halnya dengan monyet. Nah, kalau tidak mau disamakan dengan monyet, maka beribadahlah!

Begitulah sejarah singkat awal mula adanya monyet di kampung ini, semoga cerita ini bermanfaat. 


PENULIS

Mutiara Arivia Kharisma

ASAL CERITA

Cirebon

BAHASA

Bahasa Indonesia

KATEGORI

Cerita Rakyat

LABEL

legenda
Favorit
v: 2.2.1